BIOGRAFI SITI RUFAIDAH
Siti Rufaidah adalah perawat
profesional Islam pertama dalam sejarah Islam. Rufaidah binti Sa’ad memiliki
nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di
Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama
kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari
ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah
berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan
membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai.
Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998
dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference
“Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century” yang
diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah
adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa
Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan
diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah
adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang
lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan
kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan
peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran
komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya
berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker,
yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.
Saat perang Badar, Uhud, Khandaq dan
Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat
perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan
Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al Khandaq, Sa’ad bin Ma’adh yang
terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat leh Rufaidah hingga
stabil/homeostatis. 5)(Omar Hassan, 1998).
Rufaidah melatih pula beberapa kelompok
wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi
Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka
yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk
Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang
keperawatan dan medis.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya
merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas
sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak
yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal
pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati
sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya
dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi
perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human
touch) mesti seimbang. 5). Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan
pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak
dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan
penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan
(health education).
Sejarah islam juga mencatat beberapa
nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman,
Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal
sebagai perawat adalah : Ku’ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu
Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain
menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad
SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa’ad Al Aslamiyyat, Aminah
binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka’ab Al
Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata8)
Ummu Ammara juga dikenal juga sebagai
Nusaibat binti Ka’ab bin Maziniyat, dia adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak
dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang
keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian Ridhwan,
dan andil dalam perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah bersama
anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal
denan luka2nya. Dia terlibat dalam perang Uhud, merawat korban yang luka dan
mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan pedang membela Nabi.
Komentar
Posting Komentar